Struktur Doa Dan Rasa Keselarasan dengan Hukum Alam Vibrasi Asumsi untuk Ibadah Umrah dan Haji
Dari pengalaman empiris berulang kali (saya bisa ke Tanah Suci, dengan berbagai sebab dan tanpa bayar dan banyak di alami yang lain secara ajaib) memastikan bukan kebetulan bahwa doa dengan struktur yang tepat akan terwujud lebih cepat.
Doa merupakan bagian integral dalam praktik keagamaan yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Dalam berbagai tradisi spiritual, doa yang efektif bukan hanya sekadar permohonan, tetapi juga mencerminkan keselarasan antara keyakinan, vibrasi energi, dan hukum universal yang mengatur realitas. Dalam konteks keinginan untuk menunaikan ibadah umrah dan haji, doa yang benar harus disusun dengan memperhatikan faktor-faktor seperti rasa (emosi yang menyertainya), keselarasan dengan hukum vibrasi (energi dan frekuensi keyakinan), serta asumsi (kepercayaan penuh bahwa doa telah terkabul).
Pertama RASA
1.Rasa: Fondasi Emosi dalam Doa
Rasa atau emosi yang menyertai doa memiliki pengaruh signifikan dalam memperkuat vibrasi keinginan yang dipanjatkan. Emosi seperti syukur, kebahagiaan, dan keyakinan yang mendalam mampu meningkatkan daya magnetik doa, sebagaimana yang dijelaskan dalam psikologi positif dan hukum ketertarikan (law of attraction). Dalam Islam, Rasulullah ï·º juga mengajarkan pentingnya berdoa dengan penuh harap dan keyakinan, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh." (HR. Tirmidzi)
Maka, dalam doa untuk ibadah umrah dan haji, seseorang perlu menghadirkan rasa seolah-olah sudah berada di Tanah Suci. Bayangkan diri sedang thawaf di Ka’bah, mencium Hajar Aswad, dan berdiri di Padang Arafah. Dengan membangun emosi positif ini, doa akan memiliki daya dorong yang lebih kuat.
Kedua SELARAS
2.Keselarasan dengan Hukum Alam Vibrasi
Hukum alam vibrasi menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini bergetar pada frekuensi tertentu. Pikiran, perasaan, dan keyakinan manusia juga memiliki getaran yang dapat menarik realitas yang sesuai dengannya. Dalam konteks doa, keselarasan dengan hukum vibrasi berarti menjaga frekuensi keyakinan yang tinggi, bebas dari keraguan dan ketakutan.
Pakar Kerohanian menyimpulkan bahwa pikiran dan perasaan itu adalah pencptaan pertama sebelum berwujud pada penciptaan kedua secara nyata. Seorang arsitek, pelukis telah dengan jelas menciptakan karya pada periode pertama di pikiran dan perasaan sebelum merealisasikan wujud senyatanya.
Untuk mencapai keselarasan ini, seseorang dapat melakukan beberapa langkah:
1.Menghindari Kontradiksi Internal: Jangan berdoa untuk umrah atau haji tetapi dalam hati merasa mustahil karena keterbatasan finansial. Ini akan menciptakan konflik vibrasi yang melemahkan doa.
2.Menggunakan Kata-Kata Positif: Alih-alih berkata “Ya Allah, jika Engkau berkenan, berikanlah aku kesempatan untuk berhaji”, lebih baik mengucapkan “Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah memanggilku ke Tanah Suci”.
3.Mengafirmasi Keyakinan: Lakukan afirmasi harian seperti “Aku adalah tamu Allah, dan aku telah dipanggil ke Baitullah” untuk memperkuat vibrasi keinginan.
Ketiga ASUMSI
3.Asumsi: Bertindak Seolah-olah Doa Telah Dikabulkan
Asumsi dalam doa berarti memiliki keyakinan penuh bahwa permohonan telah terkabul, bahkan sebelum melihat bukti nyata. Konsep ini mirip dengan self-fulfilling prophecy, di mana keyakinan seseorang menciptakan realitas yang sesuai.
Dalam Islam, keyakinan ini tercermin dalam hadis Qudsi:
"Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku, maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku dengan prasangka yang baik." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pendekatan doa dengan asumsi dan rasa, memang tidak mudah karena mamang kenyataannya belum terjadi. Inilah keajaiban ilmu *Quantum Bismillah* yang juga akan kita pelajari dalam kelas MASQOT ( Manajemen Spiritual Qolbu Tauhid )
*Untuk menerapkan prinsip asumsi dalam doa ibadah haji dan umrah, seseorang perlu melakukan persiapan ini :*
1. Mempersiapkan Diri Secara Fisik dan Mental: Misalnya, mulai menabung meskipun belum tahu sumber dana pasti, atau mulai mempelajari manasik haji seolah-olah keberangkatan sudah dekat.
2. Mengucapkan Doa dalam Bentuk Syukur: Misalnya, “Alhamdulillah, Ya Allah, Engkau telah memberangkatkanku ke Tanah Suci” daripada “Ya Allah, semoga suatu hari nanti aku bisa pergi”.
3. Menyelaraskan Tindakan dengan Keyakinan: Mulai membeli perlengkapan haji atau mengurus paspor sebagai bentuk tindakan konkret yang mencerminkan keyakinan bahwa doa sudah terkabul.